(Titrasi
Asam Asetat Dengan Natrium Hidroksida)
- TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
dilaksanakannya percobaan ini adalah untuk menentukan kadar asam
asetat dalam contoh (sampel).
- LANDASAN TEORI
Berdasarkan
atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar maka analisis
volumetrik dibagi menjadi titrasi netralisasi (asam basa) yang
terdiri dari alkalimetri dan asidimetri. Asidimetri merupakan titrasi
terhadap larutan basa bebas dan larutan garam terhidrolisis dari asam
lemah. Sedangkan alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan asam
bebas dan larutan garam terhidrolisis dari basa lemah. (Keenan,
1986).
Semua
metoda titrimetri tergantung pada larutan standar yag mengandung
sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketepatan yang
tinggi. Metode volumetri diklasifikasikan menjadi titrasi asam-basa,
titrasi redoks, titrasi pengandapan dan titrasi kompleksometri
(Khopkar, 1990)
Titrasi
biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang
disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik
ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir
adalah kesalahan acak yang berbeda ntuk setiap sistem. Kesalahan ini
bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung. Dengan
menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik
akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995).
Teknik
Volumetri dan Gravimetri menjadi alternatif metoda analisis yang
mempunyai ketertelusuran tertinggi, karena metoda tersebut mempunyai
ketertelusuran yang terdekat ke standar nasional maupun standar
internasional. Untuk dapat melakukan analisis secara volumetri dan
gravimetri yang baikdan benar diperlukan pengetahuan yang cukup,
karena metoda ini dapat menjadi metoda acuan untk metoda pengukuran
lainnya (http://www.kimia-lipi.net/index).
Metode
pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi
asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang
diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan
asam-basanya. Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam
maka harus diberikan basa sebagai larutan ujinya, begitu pula
sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai karena merupakan metode yang
sederhana dan sudah banyak digunakan dalam laboratorium maupun
industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran konsentrasi
larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara
umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji,
yang sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji.
Ditetesi hingga terjadi perubahan warna dari larutan indikator,
apabila terjadi perubahan warna yang disebut titik akhir maka
penetesan larutan uji dihentikan (http://chem-is-try.org).
Kemudian
nilai konsentrasi larutan yang diuji dihitung berdasarkan cara yang
telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada metode ini mata manusia
memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna,
juga dalam pengendalian proses yang berlangsung,dan penentuan nilai
konsentrasi larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan
menggunakan cara ini terdapat beberapa kelemahan antara lain
kesalahan paralaksi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk
perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi larutan. Karena setiap
individu dengan individu yang lainnya relatif berbeda, dalam
pengamatan dan penghitungannya tergantung pada ketelitian
masing-masing individu (http://www.elektroindonesia.com)
- ALAT DAN BAHAN
Alat
yang digunakan pada percobaan ini antara lain yakni :
- Gelas Piala
- Pipet volume
- Labu takar
- Buret
- Erlenmeyer
Adapun
bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini anatara lain :
- Larutan NaOH
- Larutan CH3COOH
- PEMBAHASAN
Salah
satu bagian analisis volumetri adalah titrasi netralisasi yang
terdiri atas asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa dan
alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam. Dalam titrasi jenis
ini indikator yang digunakan adalah indikator yang mempunyai warna
yang berbeda (berubah) tergantung dari besarnya [H+] dalam
larutan. Indikator dalam titrasi netralisasi berupa asam dan basa
organik yang berbeda warnanya dalam bentuk molekul atau ionnya. Dalam
titrasi netralisasi, jika antara asam dan basa memiliki Normalitas
yang sama, maka besarnya konsentrasi garam yang dihasilkan pada suatu
saat diambil sama banyaknya dengan banyaknya sisa volume asam atau
basanya. Dan apabila Normalitas asam dan basanya tidak sama, maka
besarnya konsentrasi garam yang terjadi pada suatu saat diambil sama
dengan banyaknya mgek larutan asam atau basa dalam larutan diambil
sama dengan banyaknya mgek sisa dari asam atau basanya.
Pada
percobaan yang telah dilakukan di laboratorium dengan melibatkan basa
kuat dan asam lemah, dimana basa kuat yakni NaOH merupakan larutan
standar (titran) yaitu suatu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya, asam lemah CH3COOH merupakan analit, dan
fenolftalein merupakan indikator yang digunakan, diketahui bahwa
titik akhir titrasi terjadi pada saat timbulnya perubahan warna pada
indikator PP dalam analit yang berwarna merah muda dengan volume
titran yang digunakan pada setiap perlakuan sampai tercapainya titik
akhir titrasi adalah 4,2mL, 4 mL, dan 3,8mL.
Pada
percobaan ini, NaOH digunakan sebagai larutan bakunya, hal ini
disebabkan konsentrasi larutan NaOh tidak cepat berubah, mantap pada
suhu kamar, tidak menyerap air dan karbondioksida dari udara, dapat
bereaksi dengan zat yang ditentukan dalam hal ini CH3COOH,
mempunyai bobot tara tinggi yang akan berguna untuk memperkecil
kesalahan penimbangan.
Dalam
titrasi antara asam asetat (CH3COOH) dan NaOH ini, dimana
akan ditentukan kadar asam asetat dalam larutan, mula-mula dalam
Erlenmeyer dimasukkan 25mL larutan CH3COOH dan ditambahkan
dengan fenolftalein yang merupakan indikator dari golongan flatelin
yang berbentuk senyawa hablur putih, kemudian secara perlahan-lahan
dititrasi dengan larutan baku NaOH yang berada dalam buret. Dalam
larutan CH3COOH, indikator fenolftalein berdisosiasi
menjadi suatu bentuk yang tidak berwarna, namun ketika dilakukan
titrasi dengan larutan NaOH, larutan berubah warna menjadi merah
muda, hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan telah mengalami
kelebihan basa dimana pada saat terjadi perubahan warna tersebut
titrasi langsung dihentikan untuk mengurangi kelebihan basa dan
memperkecil kesalahan titrasi. Ketika terjadinya perubahan warna pada
larutan, pada saat itulah titik akhir titrasi tercapai. Dengan
demikian, banyaknya volume NaOH yang digunaklan dalam proses titrasi
dapat diketahui, begitu pula volume rata-rata setelah tiga kali
perlakuan (triplo), sebagaimana telah disebutkan di atas.
Dari
hasil percobaan, dengan perolehan volume rata-rata NaOH yang
digunakan dalam titrasi adalah 4 mL, diperoleh kadar asam asetat
dalam larutan melalui perhitungan adalah sebesar 58,8 % dengan pH
akhir titrasi berada di atas 7 yakni bersifat basa. Dari proses
titrasi ini pula, dapat diketahui bahwa titrasi ini merupakan jenis
titrasi netralisasi alkalimetri, dimana pada proses titrasi ini
melibatkan basa kuat sebagai larutan standarnya dan asam lemah
sebagai analit yang akan dititrasi.
Adapun
kemungkinan kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses titrasi ini,
berasal dari kesalahan acak, dimana kesalahan ini dapat terjadi
akibat kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran volume
dan pembacaan skala pada buret.